Laboratorium Mini

Sudah pernah kuceritakan berulang kali, nenekku yang super nyentrik…

Dia suka bereksperimen. Salah satunya, dengan laboratorium biologi mini yang jauh dari standar keselamatan. Hihi… sebenarnya berlebihan juga sih kalau kusebut laboratoruim, lha wong eksperimennya ngawur, peralatan yang dipakai pun seadanya, asal ada…

Bagi nenekku, menetaskan telur ayam itu biasa. Menetaskan telur bebek pun gampang saja, tinggal membodohi induk ayam yang sedang hot-hot-nya mengeram. 🙂

…Dia ingin mencoba menetaskan telur mahluk lain…

Suatu ketika, dia menemukan segumpal telur kupu-kupu di sehelai daun…lalu dipetiknya ujung ranting tempat daun itu, dimasukkannya di sebuah wadah, lalu ditunggunya hingga telur-telur itu menetas. Setiap hari, dimasukkannya daun-daun sejenis yang masih segar. Aku lupa, apakah telur-telur itu menetas menjadi ulat atau tidak.

Di lain waktu, dia menemukan sebuah kepompong mungil berwarna hijau emas yang indah sekali. Bentuknya juga lucu imut. Diambilnya, lalu diletakkannya di dalam stoples terbuka. Suatu hari, aku dipanggil nenekku. Dia memperlihatkan kupu-kupu yang telah menetas di dalam stoples. Kupu-kupu itu bersayap hijau pucat, tak seindah kepompongnya. Ia masih lemah, sayapnya masih sedikit basah.

Kupu-kupu itu berdiam diri. Aku menunggu hingga bosan. Aku mulai beranjak ketika kupu-kupu itu mulai mengepakkan sayapnya, mengukur kekuatannya…lalu mengepak semakin cepat.

Nenekku pelan-pelan mengeluarkan ranting tempat kupu-kupu itu hinggap, dan meletakkannya di luar stoples. Kami asyik mengamati serangga itu. Lalu, dia mulai terbang. Berputar-putar, lalu benar-benar terbang menjauh, dan tak kembali.

Yahhh….kok dia pergi?”, kataku kecewa.

“Biarkan dia mencari makan”, kata nenekku.

****

Di lain waktu, nenekku mencoba menetaskan puluhan telur becikot bekicot. Aku lupa apa yang terjadi. Mungkin juga gagal karena toh tempatnya tak sesuai dengan kondisi alaminya.

Nah, yang seru, nih…

Suatu kali, tukang kebun kami, Pak Mitro -yang paham betul bagaimana nenekku selalu tertarik pada hal yang aneh-aneh dan unik-, menunjukkan tiga butir telur ular yang ditemukannya di kebun. Bentuknya bulat lonjong berwarna putih.

Nenekku sangat antusias, lalu diterimanya telur-telur ular itu, disimpannya di dalam botol kaca bekas tempat selai. Tak lupa dialasinya dasar botol selai itu dengan pasir. Dilubanginya tutupnya  dengan paku, hingga udara masih tetap bisa keluar masuk.

Diletakkannya di ambang jendela. Berhari-hari berlalu, telur itu tak berubah. (Apa yang diharapkan ya?)

Nenekku menduga, telur itu kosong, atau rusak. Tapi tetap saja disimpannya di dalam stoples kecil itu.

…Waktu terus berlalu…

Suatu pagi, masih setengah mengantuk…nenekku bangun dan membuka jendela ketika dia menemukan sesuatu bergerak-gerak dalam botol selai. Telur-telur itu menetas! Bayi ular-ular itu berdiri njumbul-njumbul merayap-rayap berusaha mencari kebebasan.

Hiyaaa!!!!

Ilmuwan gadungan itu akhirnya girapen, panik dan berteriak-teriak memanggil papaku. Papaku datang, melihat yang terjadi. Dengan pertimbangan jika dilepaskan mungkin akan berbahaya bagi kami anak-anak kecil, diputuskan, ular-ular itu harus dibunuh. Lalu tanpa banyak bicara, papa mengambil stoples itu, diletakkannya di tanah. Papa mengambil cerek berisi air panas mendidih, lalu menuangkannya ke dalam botol selai  itu lewat lubang-lubang bekas paku.

Kata nenekku, bau amis dan langu menguar. Tamatlah riwayat bayi-bayi ular yang baru beberapa saat terbebas dari cangkangnya itu.

Menurut nenekku, saat itu papaku hanya bilang, “Nah, lain kali tidak perlu lagi mencoba menetaskan ular”.

Nenekku hanya bisa setuju, menurut seperti anak kecil yang tengah diperingatkan betapa bahaya hal yang dilakukannya. Hihihi..aku geli membayangkan peristiwa itu.

Setelah itu, nenekku benar-benar kapok menetaskan telur ular. Dia berpesan kepada Pak Mitro agar lain kali membuang saja telur ular yang ditemukannya.

****

Anda pernah bereksperimen menetaskan telur?

About nanaharmanto

menulis dengan hati....
This entry was posted in Golden Moments, Intermezo and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

41 Responses to Laboratorium Mini

  1. arman says:

    waaaa hebat sekali nenek lu ya na… kalo gua sih gak pernah tuh kepikiran pengen begitu. apalagi kalo itu telur ular. hahaha.

    btw katanya kalo ngebunuh ular itu harus dibakar. kalo gak, katanya ular yang mati bakal kecium ama ular lain dan justru malah ular lain bisa berdatangan ke situ. bener gak sih?

    • nanaharmanto says:

      Hahaha…hebat sih nggak, rada ngawur dan nyentrik sih iya hahaha… aku sendiri juga gak bakal senekat itu main-main dengan telur ular hiiy…

      Aku nggak tahu persis tentang membunuh ular harus dibakar.
      Cuma dulu pernah sih, aku sempat melihat mamaku membakar mata golok yang abis dipakai untuk membunuh ular…tapi alasannya aku nggak ngerti, yang masuk akal sih untuk matiin bakteri karena kotor setelah jadi alat eksekusi.. 🙂

  2. ikkyu_san says:

    waaaah nenek nyentrik banget hahahha
    untung bukan telur Naga ya… (emang ada naga hihihi)

    EM

    • nanaharmanto says:

      hihihi…emang super nyentrik Mbak… dan nyentriknya itu jadi sumber tulisan yang rasanya nggak abis-abis… hmmm…sometimes I miss her so much…

      Mungkin kalau nenekku hidup di zaman naga (emang ada naga?) barangkali dia juga beternak naga hahaha…

  3. septarius says:

    ..
    Becikot iku opo tho mbak..?
    ..
    Hi..hi..
    Si nenek mungkin punya obsesi jadi peneliti mbak..
    🙂
    ..
    Pengalaman netasin telor yg paling bikin penasaran, pas nunggu netasnya tiktok alias persilangan itik dan enthok..
    Saat itu penasaran banget..
    🙂
    ..

  4. DV says:

    Nenekku dulu juga sukanya begitu.. menetaskan telur ayam setelah ‘mencurinya’ dari sang induk.

    Aku tak punya pengalaman spesial dengan unggas dan telurnya kecuali bahwa dulu setiap aku ulang tahun, nenekku selalu menyembelih ayamnya sendiri untukku…

    Dulu aku senang, setelah kupikir sekarang aku malah bergumam “Kok tega ya ayam sendiri dimakan sendiri…”

  5. nh18 says:

    Anda pernah bereksperimen menetaskan telur?

    Tidak …
    Saya tidak pernah melakukannya …

    Yang jelas Neneknya Nana … Ok juga tuh …
    sense of curriocitnya …

    Salam saya

  6. jeunglala says:

    Ampun, deh, Mbak Na…
    Ngebayangin ular menetas dari telur itu pasti bikin aku panik juggaaaa… hhiiiiiii

  7. Wah, hebat banget Neneknya Mbak Nana, benar2 ahli eksperimen yahud.
    ada2 saja 😀 😀 😀
    kapoknya setelah netaskan telur2 ular ya ha haha 😀 😀
    mungkin sensasi menunggu telur itu menetas ya yg bikin nenek penasaran jadi peneliti 😀
    salam

    • nanaharmanto says:

      wah, hebat sih yang enggak Bunda…nenek saya bukan peneliti kok, hanya saja memang agak nekat dan selalu ingin tahu….
      eksperimennya sendiri lebih tepatnya “hanya” aksi menunggu, jauh dari standar penelitian…
      alat-alatnya juga asal aja… 🙂

  8. edratna says:

    Nenekmu harusnya kerja di penelitian Na…hebat sekali…pasti mengasyikkan ya…

    Telur ular…hihihi…geli dan serem….

    • nanaharmanto says:

      Mungkin di masa pensiunnya dia kangen dengan suasana mendebarkan, dan bertekad akan membuat masa pensiunnya lebih berwarna dengan keingintahuan yang eksentrik, makanya dia mencoba hal-hal yang aneh-aneh…hehehe…

  9. aurora says:

    wahahaha!! kreatif,,,, kreatif… kalau nenekku sih kak, paling kesel kalau aku mau ngerjain hal-hal yang begituan. “nyari kerjaan aja!” begitu beliau bilang….

    • nanaharmanto says:

      dalam hal ini beda tipis antara kreatif dan nekat hihihi….
      hampir sama reaksi orang-orang lain dengan nenekmu itu Rif, pasti mereka berkomentar: ada-ada saja!!
      hehehe… 🙂

  10. nakjaDimande says:

    neneknya Nana keren!

    telur cicak jangan ya nek, aku takuuutt.. 😦

    • nanaharmanto says:

      nakutin Bundo ahhh…
      pernah nenekku itu menetaskan telur cicak…tapi mahluknya sendiri udah kabur waktu nenekku menemukan cangkangnya yang rapuh itu sudah berkeping… 🙂

  11. Emak Bawel says:

    Iya…Setuju! Nenek kita emang hebaaattt!!!

  12. tutinonka says:

    Saya jadi penasaran membayangkan, penampilan nenek Nana seperti apa ya? 🙂 Gaul, atau justru serius sebagaimana biasanya peneliti?

    Membayangkan bayi ular di dalam stoples … hiiiiy … ngeri. Tapi membayangkan bayi-bayi tersebut disiram air panas …. aduh, kasihan juga ya? Pasti kluget-kluget sebelum matang menjadi ular rebus. Pembunuhan berencana tuh, kena pasal berapa ya? Hiks … hiks!

    • nanaharmanto says:

      Nenek saya itu gaul banget pada jamannya hehehe…di saat teman-teman sebayanya berkebaya dan berkonde, nenek saya lebih suka pakai rok, dan rambutnya diikat biasa dengan jepit rambut. Tertawanya lepas membahana…wah, pokoknyua asyik banget, Bu…

      Waduh, saya malah blas nggak pernah membayangkan wujud ular-ular itu saat dieksekusi. mungkin terlalu mengerikan sehingga papa saya nggak mengijinkan kami melihatnya, bahkan bangkainya berikut botol selai-nya langsung dibuang… 🙂

  13. nelemima says:

    ha.. ha… kok aq lom pernah denger yg satu ini ya? belum lair po yo…??

    Yang aku tahu sih netesin telur cicak…

    O… makane rumah kita sering kedatangan “tamu” tak diundang… nyariin nenek buyut yang di “holocaust” tu…

  14. wah saya kok belum pernah ke blog ini ya?

  15. Ceritaeka says:

    Busyeeet deh mbak…
    Nyentrik tenan nenekmu ituh!

    Ngeriii aku…
    😀 geleng2 kepala ngebayanginnya…

  16. monda says:

    nenek yang asik banget,

    pernah sih ngeliat proses telur puyuh menetas, lucu, betah deh ngeliat ujung paruhnya yg pertama muncul lalu pelan2 keluar puyuhnya yang masih basah

    • nanaharmanto says:

      Iya Mbak monda, nenekku itu asyik banget orangnya…

      Aku belum pernah liat puyuh menetas…aku ngebayangin kan mungil banget tuh… aku cuma pernah melihat telur menetas di TV, kalau langsung belum pernah deh…

  17. Hihihi, hebat euy Neneknya Mba Nana, ga takut sama ulet, bekocit, dll. Kadi inget waktu kuliah, kebetulan gw ambil jurusan Hama Penyakit Tumbuhan di IPB, pas praktikum ada temen yang njerit2 pas disuruh pegang larva. Kalah bo sama Nenk2!

    Btw boleh di link ga blognya? Kapan2 mampir yah Mba ke keluaragzulfadhli.blogspot.com. Thanks 🙂

  18. Riris E says:

    aku ngikik sendiri mbaca ini, Na!! Ini yg kamu panggil Emak itu bukan?

    Jadi ingat lagunya Iwan Fals…”nenekku Okem!” 😀

    Btw, bayi ular itu bukannya masih segede cacing tanah ya? tapi lebih liar dan ada kaki2nya kecil2 gitu. Sesekali amatin deh bayi ular itu masih punya kaki2 di perutnya, entah bagaimana kalau besar kok malah jalan pake perut ajah ya?

    • nanaharmanto says:

      Ini nenek dari pihak mamaku
      mbak, aku biasa memanggilnya Bu Sum. kalau emakku sih nggak mau neko-neko hehe…
      bayi ular punya kaki? aku baru denger…bayi kadal kali tuh Mbak… 🙂

  19. vany says:

    menetaskan telur ular?
    ampun deh…
    gak berani nyoba aku, mbak…. 🙂

  20. AFDHAL says:

    kok mbak nana ora melu nyentrik yo???

  21. Sandy Yb says:

    wow keren, gk ada telur komodo ?????

Leave a reply to septarius Cancel reply