Penghuni Kolam Kenangan

Banyak kenangan yang tersimpan bersama kolam ikan di belakang rumah kami itu. Yang menyenangkan seperti pernah kutulis di sini, maupun menyedihkan seperti di tulisanku ini..

Aku selalu mengenang saat-saat aku masih kecil, aku dan  kakakku, setiap sore selalu berjongkok di tepi kolam, memberi makan ikan-ikan dengan dedak …Papa selalu menemani dan mengawasi kami dengan sabar. Papa juga setia meladeni celoteh kami.

Aku suka sekali saat-saat itu.

Setiap sore, menjelang temaram, dua ekor capung putih selalu terbang berputar-putar di atas permukaan kolam. Mereka berkejaran riang. Sesekali menyentuh air tanpa suara. Tapi sayangnya, saat capung-capung cantik itu datang, artinya, sebentar lagi saat kami harus masuk rumah, dan berakhirlah acara memberi makan ikan sore itu.

Capung itu tak pernah terlambat atau datang terlalu cepat. Setelah beberapa putaran, senja meredup. Dulu, kupikir, capung-capung itu menari memanggil malam, sebagai tanda untuk menggiring kami anak-anak kecil agar masuk rumah…hihi..

****

Kolam itu hanya mengandalkan aliran air dari kali kecil di kampung kami. Jadi saat musim kemarau, kali itu mati suri, akibatnya pasokan air ke kolam pun terhenti, lalu lama-lama menyusut. Betapa kasihan ikan-ikan itu saat air banyak berkurang. Mereka megap-megap di air yang mulai keruh. Saat air semakin menyusut dan ikan-ikan mulai mati kehabisan oksigen, saat itulah  kolam harus dikuras.

Menguras kolam adalah benar-benar saat yang mengasyikkan lho… awalnya, ikan-ikan yang gelisah di dalam kolam dijaring dan diselamatkan, dipindahkan ke kolam buatan atau ember besar. Lalu air bercampur lumpur dibuang keluar kolam menggunakan ember. Asyiiikkk….. itu kesempatan bagi kami untuk bermain-main dengan air dan lumpur, lalu berebutan memungut ikan yang menggelepar di tanah.

Papa dan mama membiarkan kami berkotor-kotor, bermain sepuas kami.

Kaki, badan dan tangan kami berlepotan terkena lumpur. Wajah dan rambut kami pun bernoda bintik-bintik hitam terkena cipratan lumpur. Hebohnya polah kami saat berusaha menangkap ikan-ikan -yang menggelepar-gelepar gelisah dan berjuang demi mempertahankan hidupnya-, sekaligus mencoba menghindari cipratan lumpur. Tapi kami sungguh menikmati saat-saat itu. Perihnya tangan saat tersayat sirip ikan atau pedihnya mata saat kemasukan lumpur, tetap tak membuat kami nangis atau ngambek..

Hey…Jangan coba-coba menangkap lele! Ikan licin berkumis itu ternyata berbisa! Lele bisa melukaimu dengan patilnya, -semacam sirip khusus berbisa di samping kepalanya. Patil ini berfungsi untuk mempertahankan diri.  Ah, lele biakan, atau lele dumbo yang kulitnya agak abu-abu itu kurang berbisa tuh…hati-hatilah dengan lele jawa, sebab, si hitam pekat mengkilat itu sungguh berbisa. Kalau terkena patilnya, bisanya sanggup membuatmu meriang selama sehari semalam.

Nah, kalau kami menemukan lele jawa menggeliat di dalam lumpur, kami akan berteriak memanggil papa, satu-satunya yang berani menangkap lele hihihi… Kami buru-buru menjauh dari lele itu sebelum celaka. Sebab, ikan itu gesit sekali. Kalau kita lengah, bisa jadi tiba-tiba kaki kita sudah terlanjur dipatilnya. Lalu papa menangkap lele itu. Papa jago sekali lho menangkap lele tanpa terluka…Dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, papa akan mengunci patil lele itu sedemikian rupa, hingga lele itu tak bisa berkutik.

****

Biasanya, kolam itu dibiarkan kering selama sisa musim kemarau. Setelah lumpur subur itu mengering, tukang kebun kami yang setia, Pak Mitro, akan mengangkatnya, menghancurkan kepingan lumpur kering itu  dan menaburkannya di kebun depan dan belakang. Tak heran, tanaman di halaman rumah kami tumbuh sehat sepanjang tahun.

Well…Aku tak pernah suka kolam itu kering. Terasa kosong dan hambar. Dingin tak berjiwa.

Ah, siapa yang mengangkat lumpur kering itu sekarang? Kudengar, beberapa bulan yang lalu Pak Mitro meninggal dunia karena usia tua.

****

Sudah beberapa kali, terlihat lele yang besar sekali, sesekali menampakkan diri ke permukaan kolam.. dengan tenangnya dia naik ke permukaan kolam, memamerkan kumisnya, -sedetik, tanpa suara-, lalu kembali menghilang ke dasar kolam. Ah, kau takkan percaya kalau kukatakan lele itu benar-benar besar, jika kau tak melihat buktinya..

Beberapa waktu yang lalu, papa mengirim SMS, “Na, lele jumbo di kolam itu akhirnya tertangkap. Lalu kami goreng dan bakar. Nanti papa kirim fotonya”.

Whoaah…saat e-mail papa masuk, aku terkaget-kaget melihatnya…

Papa and Lele Jumbo

The Superhero, The last holder of the green sweater, and the catfish.

Si kecil yang digendong itu, keponakanku, sekarang yang sering menikmati saat-saat memberi ikan bersama papa

almarhum penghuni kolam

****

Pernah melihat lele sebesar ini? coba tebak, lele ini betina atau jantan hayo??

About nanaharmanto

menulis dengan hati....
This entry was posted in Golden Moments and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

30 Responses to Penghuni Kolam Kenangan

  1. ikkyu_san says:

    waaaaaaaaaaahhhh ada penampakan papanya Nana. Masih gagah ya Na….

    Kadang aku kalau baca cerita tentang ayah teman yang jago di “alam” ya seperti menangkap ikan begitu, jadi iri. Karena papaku tidak “ahli” untuk pekerjaan yang “jantan” gitu. Dia lebih ahli di belakang meja menyusun kata-kata atau berbicara di depan kelas.
    well, semua punya bakat masing-masing …(sorry curcol)

    jantan atau betina? Wah aku ngga ngerti gimana bedainnya. Kalo tebak sih betina aja deh. alasannya, untuk binatang biasanya betina itu lebih besar dari yang jantan.

    EM

    • nanaharmanto says:

      setuju Mbak, semua ayah punya bakat masing-masing…tapi pasti punya kesan tersendiri di hati anak-anaknya…

      [quote] untuk binatang biasanya betina itu lebih besar dari yang jantan..

      ini berlaku untuk gaj… *uhuk uhuk..batuk nih…kabuuur… hihihi..

  2. arman says:

    wah iya gede banget lelenya ya…
    btw saya gak pernah lho makan lele, emang enak ya?

    • nanaharmanto says:

      Rasanya menurutku ya kayak ikan biasa tuh…
      ntar balik ke Indonesia sesekali coba makan lele goreng biar tau enak atau nggak-nya…gimana?

  3. fatma says:

    pertama baca judulnya kirain ada hubungannya dgn komiknya koi ikeno-throbbing tonight
    di situ ceritanya kalo qt nyebur ke kolam kenangan qt akan bertemu dengan orang yang sangat ingin qt temui..

    klo yg ini, mungkin g perlu nyebur kaliiii ya mba,, cukup melihat jadi terkenang dengan masa kecil

    meski belum pernah bertemu tapi kehandalan papanya mba menangkap lele terlihat dari foto2 di postingan ini

    lah itu lelenya tampak lelah letih lesu tak berdaya di”totok” ama papanya mba nana,,
    papamu benar2 super hero ya ^^

  4. DV says:

    Waduh, lele adalah satu hal yang sangat kurindu. Hampir semua makanan Indonesia bisa mudah kutemukan di sini, tapi lele adalah sesuatu yang sulit!
    Kirimin dong, aku pecinta pecel lele!
    Tapi menurut pengalaman biasanya lele yang jumbo gitu rasanya malah kurang ‘ngresep’ 🙂

    • nanaharmanto says:

      hehehe…pecel lele lover toh…
      ini pasti lagi kangen Jogja yang penuh warung pecel lele itu ya…hihi..ingat jaman kuliah dulu jadinya..
      Mbok bali Jogja wae, ngicipi pecel lelel trus balik Aussie lagi..hahaha…*ngece sing lagi kangen Jogja…
      du du du du…

  5. Riris E says:

    Aku juga pernah nemu ikan lele segede itu di kolam bapakku. Ada resepnya gak, biar lele segede itu bisa garing kalau digoreng?
    Waktu itu aku inget banget, butuh waktu lamaaa bgt untuk bikin Lele Gede itu kering.

    Hm..bener kata Mbak Imel, Papamu masih gagah! Salam ya.. 😀

    • nanaharmanto says:

      wah, aku nggak tau mbak, apa resepnya supaya bisa garing saat digoreng. menurutku sih, dipotong-potong menjadi beberapa bagian biar bisa garing..

  6. vizon says:

    Lele sebesar itu pernah kulihat di kolam sebuah restoran ayam goreng yang berada di dekat jembatan Janti Yogya. Tentu mbak Nana tahu tempatnya kan? Di situ ada beberapa ekor…

    Sejak tinggal di Jogja, lele merupakan makanan favoritku.

    Oya, kayaknya itu jantan deh… alasannya…? ehm… 😉

  7. nh18 says:

    Tiga Hal ..

    #1.
    Empat paragraf pertama Na …
    Itu indah sangat …
    Jalinan Kata khas Nana …

    #2.
    Itu lele apa Hiu Na … Guede Banget …
    Hahaha kau jadi mikir nih kalo makan lele segede ini … sambelnya berapa ember ya ?

    #3.
    Papa kamu mirip juga ya dengan kamu
    Terlihat lebih muda …
    Cocoknya jadi kakak kamu Na …
    (mmmhh atau kamu yang terlihat lebih “dewasa” ya ?) 🙂

    Salam saya

    • nanaharmanto says:

      tiga hal juga…
      #1. terima kasih atas pujiannya, Om…

      #2. hahaha…
      itu lele yang kayaknya terlalu kemaruk hingga bisa segede kingkong, eh, bayi hiu begitu…

      #3. haih…Om mau bilang “Nana yang terlihat lebih tuwir ya?” hihi…

  8. soyjoy76 says:

    Huaa…gede amat Lele nya Mbak…
    Papamu hebat, kuncian jemarinya bikin lele itu bertekuk lutut (eh…ngga punya lutut yah..) dan akhirnya meregang nyawa di penggorengan…hehehehe

    What a nice old days ya, Mbak..

    • nanaharmanto says:

      Terima kasih apresiasinya ya Mas..Iya tuh, dari dulu papaku jago nangkep lele hihi…anak-anaknya nggak ada yang berani nih, payah kan…

  9. masa2 kecil yg indah bersama Papa ya Mbak Nana.
    pasti akan terus terkenang sepanjang hayat.
    kenangan saya bersama ayah sewaktu kecil juga banyak sekali , tapi yg terindah sewaktu ayah mengajarkan kami, anak2nya berenang.
    Lele nya benar2 super jumbo, besar sekali.
    tapi, saya nggak pernah makan lele, memang enak ya ?
    salam.

    • nanaharmanto says:

      Ayo Bunda, tulis pengalaman belajar berenang dengan ayahnya Bunda itu..pasti seru tuh…

      Rasa lele itu, hmm…menurut saya ya seperti ikan air tawar lainnya, Bunda..

  10. Triunt says:

    wastagha gedhe bener.
    sempet juga ya motret kepalanya yg udah almarhum hehe 🙂

    • nanaharmanto says:

      iya itu kepalanya dipotret sebagai “bukti” bahwa baki sebesar itu hampir penuh hanya dengan satu kepala lele itu doang..

  11. krismariana says:

    Gile, lelenya gede banget. Dulu aku pernah lihat lele yg besar seperti itu di kolam Panti Rapih. Entah, sekarang masih ada atau enggak. Jangan2 sudah digoreng juga jadi makanan pasien hahaha!

  12. edratna says:

    Papa nya Nana masih gagah ya….terbayang saat Nana masih muda.
    Lelenya besar sekali…..pecel lele, sedaaap.
    Cuma ada pamali, jangan makan lele saat hamil, karena bisa keguguran.

    Saat hamil pertama, saya pengin pecel lele..dan setelah itu keguguran, entah karena lelenya atau karena hal lain.

    • nanaharmanto says:

      jujur nih, Bu Enny, saya baru denger ini lho ada pamali jangan makan lele saat hamil…
      Ini pamali di daerah mana ya Bu? jadi tertarik nih..

  13. AFDHAL says:

    Lele Betina atau Jantan??
    ya embuhh yaaa…
    yang jelas kuwi LELE RUAKSAKSAAAA

  14. septarius says:


    Penghuni kolam, kirain bangsa jin ato siluman ular hehe..
    ..
    Papanya huebat mbak jago mengunci lele, pake’ gembok gak sih..?
    ..
    Lelenya gak pake’ lipstik dan ada kumisnya, pasti itu jantan..
    Pasti..saya yakin..seyakin-yakinya
    ..

  15. albertobroneo says:

    halah.. satu kepalanya saja hampir se piring gitu!! luar biasa besar!!

Leave a comment