Kantong Plastik

Setiap hari kita akrab dengan kantong plastik, atau tenarnya, kantong kresek. Kantong yang serba guna, murah dan sangat mudah didapat. Setiap kali berbelanja kita tak lepas dari plastik. Mudah saja menyimpan sesuatu dalam plastik guna melindunginya dari debu. Membawa barang-barang keperluan kita dalam perjalanan pun menjadi lebih praktis dengan kantong kresek ini.
Sudah beberapa tahun ini, aku berusaha mengurangi plastik. Sesedikit mungkin “menerima” kantong plastik dari toko atau pedagang sayur dan buah. Sedapat mungkin selalu kubawa plastik atau kantong belanja sendiri dari rumah.

Dua-tiga hari sekali aku berbelanja ke pasar atau ke tukang sayur di depan komplek rumah. Nah, sayangnya, para pedagang ini ringaaannn sekali memberikan plastik. Bayangkan, belanja wortel, dimasukkan dalam kantong kresek kecil, -tomat, kentang dan sayur lain: semua dalam plastik tersendiri. Begitu pula dengan bawang merah dan putih.
Belum lagi bahan makanan yang basah dan amis seperti daging, ikan, udang dan cumi. Para pedagang mengemasnya dalam plastik kresek kecil, lalu didobel lagi dalam plastik yang lebih besar. Haduhh, betapa borosnya..

Continue reading

Posted in Consideration | Tagged , , , , , , , , | 3 Comments

Jengkol

Jengkol…. hmm…  Makanan terlezat bagi penggemarnya. Musuh bagi pembencinya.
Makanan satu ini memang dahsyat. Digemari kelezatannya, dicintai kelegitannya dan dirindukan saat ia menghilang dari pasaran karena harganya yang melambung. Tapi tak sedikit yang mencaci karena baunya.
Bernama latin Archidendron Pauciflorum / Pithecellobium Jiringa, di beberapa daerah jengkol diberi nama jering, jariang dan ada pula yang  “memperhalusnya” dengan sebutan jengki.

Continue reading

Posted in Curhat tak penting | Tagged , , , , , , , , , , , | 2 Comments

Daun Ular

Aku baru saja sembuh dari penyakit Demam Berdarah Dengue. Ini kali kedua aku terkena DB. Hari Selasa sehari setelah Imlek lalu,  sekitar jam 11 siang aku mendadak merasa meriang. Padahal paginya aku masih sehat segar bugar, masih sempat mencuci dan menyetrika baju. Semakin sore, demam semakin meninggi. Keesokan harinya, demam tak kunjung turun, suhu badan malah semakin meninggi mencapai  42 derajat Celcius, hingga aku bermimpi buruk dan mengigau.

Continue reading

Posted in Curhat tak penting, Resep | Tagged , , , , , , , , , , , , | 1 Comment

Pete

Siapa doyan pete??
Sepertinya banyaaak banget penggemar pete / petai ini, mengalahkan penggemar batu akik.. 😀
Penyandang nama ilmiah Parkia Speciosa ini menjadi idola di berbagai wilayah di Indonesia. Ia dikeluhkan ketika harganya melangit terutama menjelang lebaran, tapi toh tetap dibeli juga demi tersedianya hidangan khas tertentu yang menjadi menu favorit keluarga.

Continue reading

Posted in Intermezo | Tagged , , , , , , , , | 6 Comments

Eman-eman Srengengene…

 Eman-eman= sayang.

Srengenge=matahari.

Sayang panas mataharinya (kalau tidak dimanfaatkan).
Saat aku masih kanak-kanak dulu, aku mendengar simbah buyutku –Mbah Suyat- berkata bahwa mencuci baju sebaiknya pagi-pagi betul, agar bisa segera dijemur sepanjang hari di bawah matahari. Simbah akan menyambung dengan rerasan begini, “Muga-muga panas terus… atau Mbok aja udan”. –semoga panas terus, jangan hujan dulu.
Sesekali maka giliran kasur, bantal-bantal dan selimut digelar di halaman belakang.
Kalau hari mendung, maka hari itu disibukkan dengan menjemur dan mengangkat pakaian. Sebelum gerimis turun, jemuran diangkat.
Begitu matahari muncul, simbah dan asisten rumah tangga di rumahku segera menganalisa dengan sedikit spekulasi, akan bertahan lamakah sinar matahari kali ini? Kalau perkiraan mereka panas akan cukup awet, opera laundry digelar kembali. 🙂

Continue reading

Posted in Consideration | Tagged , , , , , , , | 4 Comments

Voucher Diskon Makanan Untuk Amal

Beberapa waktu yang lalu, setelah melayat Budeku di Jawa Timur, aku kembali bersama papa dan mama naik mobil ke Muntilan. Istirahat 3 hari di rumah, aku pun kembali ke Jakarta naik kereta api.
Aku sudah mulai tak enak badan, bahkan meriang di dalam kereta.
Sesampainya di Gambir, kuputuskan untuk sejenak isirahat sambil makan soto ayam. Tampaknya enak deh, kuah soto yang panas mengepul  disantap saat sedang meriang begitu.
Tiba-tiba datanglah dua orang yang dengan sopan meminta waktuku “3 menit saja” untuk memperkenalkan program mereka.

Continue reading

Posted in Curhat tak penting, Intermezo | Tagged , , , , , , , , , , , , | 4 Comments

The Last Dance

Dulu waktu aku masih kanak-kanak, Bude kami yang saat itu tinggal bersama kami, sering mengajari kami menari dan menyanyi. Sungguh-sungguh menari dan menyanyi dalam arti sesungguhnya, karena saat itu tak ada alat musik atau kaset yang mengiringi, jadi kami menggunakan nyanyian untuk kami menari.
Apapun lagunya, apapun tariannya, yang penting kami bergerak dan bergembira ria.
Ini sepotong lagu yang masih kuingat.

Tari menari, tari tempurung,
Tempurung berdetak-detak…

Continue reading

Posted in Special Ones, Uncategorized | Tagged , , , | 10 Comments

Pohon Tempat Jin Menunggu…

Suatu hari, saat sedang menyapu –sebut saja-kebun- di samping rumah, seorang bapak di perumahan kami menyapa. Setelah berbasa-basi sebentar, terlontarlah ucapan ini.
“Ibu, maaf nih sebelumnya… sebaiknya pohon pisang dan pepaya ini dibuang saja..”.
Keheranan, aku bertanya.
“Kenapa, Pak?”
Jawabannya sungguh di luar dugaanku. Membuatku antara ingin terbahak, mengerenyitkan dahi, protes dan sekaligus menggelengkan kepala.
“Iya, Bu… pohon pisang dan pepaya kan dipercaya tempat jin bersarang, Bu..”

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , , , , , , , , , | 5 Comments

It’s A Blackmail!

Seseorang sedang berusaha memeras suamiku.
Berhati-hatilah dalam berkomunikasi di media sosial apapun. Apapun yang kaupasang di profilemu bisa dimanfaatkan untuk tujuan merugikan orang lain. Yang kauanggap temanmu, mungkin bukan temanmu…
Berawal dari Facebook, seorang perempuan mengajak berkenalan suamiku. Tampaknya sosok ini memang cukup profesional dan sudah mengamati profile suamiku dan relasi-relasinya di FB selama beberapa waktu, terbukti dari obrolan sosok ini yang “nyambung” tentang beberapa nama teman-teman real suamiku, termasuk nama blogger terkenal. Berbekal itulah dia “menggiring” percakapan kemudian berlanjut dengan saling bertukar pin BB dan semakin leluasa dia membuat conversation fiktif.

Sampai suatu ketika sosok ini mengajak bertemu suamiku yang ditolak secara halus oleh suamiku. Lalu dia mengaku bahwa sebenarnya dia adalah seorang pria yang terobsesi pada suamiku.
Gusti Allah…
Ketika suamiku tetap menolak untuk bertemu dengannya, dia mulai mengancam akan memberitahuku tentang conversation mereka sekaligus meng-uploadnya di media sosial apapun itu yang diklaimnya akan membuatku merana. Dia jelas menyebut nama Nana dalam ancamannya. Berarti dia memang telah mengintai kami..
Dia mengira aku belum tahu tentang hal ini, yang dipakainya sebagai senjata untuk memeras suamiku memenuhi kemauannya. Jumlah yang dimintanya cukup fantastis.
Untunglah suamiku terbuka padaku akan adanya flirting itu.
Baiklah. Aku tidak membenci pelakunya. Pun tidak akan berusaha mencari siapa orangnya. Toh dia bisa bersembunyi dibalik banyak kedok dan alias lainnya seperti saat awal dia mengajak kenalan suamiku.
Aku memaafkan dan mengampuninya. Aku justru kasihan padanya. Aku bahkan tak bisa membayangkan apa dan bagaimana masa lalunya hingga dia sangat menderita seperti sekarang ini.

Ini bukan surat terbuka. I just stand beside my husband.
Ancaman apapun itu, akan kami hadapi bersama. Semua bukti-bukti ancamannya sudah terdokumentasi dengan baik dan bisa kami gunakan jika diperlukan kelak.
Jika benar dia menyebarkan apapun itu yang akan menyakitiku, aku cukup yakin dia tidak akan menggunakan identitas aslinya.

Dear Mr. Performer agent: No judging.. Thank you for this precious learning… I do hope that all is well with you.. be happy with the way you are..

Posted in Uncategorized | Tagged , , | 1 Comment

Si Hitam Dari Soppeng

Sebuah catatan kecil tentang pelosok negeri yang dibuang sayang….

Saat kami masih tinggal di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan, aku dan suamiku mengunjungi kota tetangga, Wattan Soppeng.
Kami tertarik ke sini, setelah mendengar informasi dari temanku -yang terlahir di Soppeng-, tentang salah satu keunikan kota ini: Kelelawar yang terang-terangan hidup di tengah kota.
Wow… bukankah kalong biasanya hidup di gua-gua alam dan pepohonan yang jauh dari manusia ya?
Nah, kelelawar Soppeng ini unik karena ukurannya yang lebih besar dari kelelawar yang biasa kita lihat.
Saat memasuki tengah kota, mata kami jelalatan berharap segera melihat kalong-kalong bergantungan di pohon. Tak satupun kami lihat.
Cukup lama kami mencari-cari tanpa hasil.

Tiba-tiba, dari kejauhan kami malah melihat kantung-kantung plastik hitam di atas pohon. Pikirku, wah.. masak sih orang sengaja buang sampah di atas pohon? Kotor kan?
Suamiku lah yang pertama sadar, eh itu kan kelelawarnya!

Continue reading

Posted in Dari Pelosok Negeri | Tagged , , , , , , , , | 1 Comment